Puncak rangkaian Revitalisasi Bahasa Daerah 2022—2023 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset ,dan Teknologi melalui Merdeka Belajar episode 17 digelar melalui Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Nasional 12—16 Februari 2023. Festival ini dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Bapak Nadiem Anwar Makarim dan laporan kegiatan disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Bapak E. Aminudin Aziz pada 13 Februari 2023, pukul 19;30, di Hotel Sultan, Jakarta.
Festival dihadiri 215 tunas bahasa ibu dari dua belas provinsi yang didampingi para kepala dinas, kepala sekolah, guru, dan orang tua. Kontingen Sumatera Utara yang didampingi KKLP Pemodernan dan Pelindungan, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara mengirimkan 26 siswa SD dan SMP. Salah satu tunas bahasa ibu, Diska Hasibuan, yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara unjuk kebolehan di depan Mas Menteri dengan mendongeng dalam bahasa Batak dialek Angkola dengan judul “Jai Landok Dohot Jai Labi”. Kebolehan Diska mencuri perhatian Mas Menteri dan seluruh peserta. Tampilan Diska menggemaskan dan memukau peserta yang hadir.
Dalam kesempatan itu pula Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan penghargaan atas dukungan dan upaya pemerintah daerah dalam melestarikan bahasa daerah melalui Merdeka Belajar episode 17 kepada enam belas pemerintah daerah di Indonesia. Salah satu penerima penghargaan tersebut adalah Bupati Tapanuli Selatan, Bapak H. Dolly Putra P. Pasaribu, S.Pt., M.M. yang dalam kesempatan ini berhalangan hadir dan penghargaan diterima oleh Kepala Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan. Rangkaian pembukaan juga diluncurkan Zamrud Khatulistiwa, antologi cerpen berbahasa daerah yang disusun oleh tunas bahasa ibu dari dua belas provinsi di Indonesia.
Pada hari ketiga, 14 Februari 2023 setiap kontingen menampilkan kompetensi bahasa daerahnya. Latihan yang selama ini mereka lakukan ditampilkan dalam kolaborasi untuk mewakili provinsinya. Kontingen Sumatera Utara mendapat urutan tampil terakhir karena memang urutan diambil mulai dari wilayah Papua sampai dengan Sumatera Utara. Kontingen menampilkan kolaborasi keragaman budaya dan bahasa daerah Batak dialek Angkola, Melayu Panai, dan Melayu Sorkam. Tampilan ini disokong oleh 32 anak tingkat SD dan SMP dalam balutan baju adat yang mewah dengan nuansa warna kuning emas dan merah. Mereka hadir dari Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Padanglawas Utara, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Kolaborasi yang apik ini dilakukan atas kerja sama yang baik antara anak-anak sebagai aktor penutur bahasa ibu dan para maestro, tokoh, kurator, dan tentu atas dukungan pemerintah daerah.
Pada malam penutupan kegiatan tampil sekali lagi Diska Hasibuan, yang telah unjuk kebolehan mendongeng pada pembukaan acara, kini menyampaikan pesan dan kesan selama kegiatan berlangsung. “Saya ingin ke Jakarta lagi tahun depan karena pada acara ini saya senang sekali. Saya mendapat banyak teman baru dari seluruh Indonesia dan yang paling penting bisa bertemu dengan orang paling penting, yaitu Mas Menteri. Semoga kegiatan ini dilanjutkan pada tahun depan”, ungkap Diska di panggung bersama temannya dari Nusa Tenggara Timur.
Untuk menambah kesan dan menambah keceriaan, pihak panitia membawa tunas bahasa ibu itu mengelilingi Taman Mini Indonesia Indah yang menjadi miniatur atas kebinekaan Indonesia pada 15 Februari 2023. Tentu keletihan dalam berlatih telah terbayarkan. Kesan dan harapan anak-anak ini dapat diimbaskan kepada anak-anak lain di lingkungannya dalam menjaga bahasa ibunya. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat beserta pemerintah daerah dalam melestarikan bahasa daerah. Mari, gotong royong dalam melestarikan bahasa ibu kita! Horas, oi dunsanak, ahoi!